Sabtu, 19 Januari 2008

Pendekar Angin Puting Beliung


Kring…..kring …..sepeda mini diayunnya berputa-putar...mengelilingi Mama dan Papa ...
Mama : ”Jangan kencang-kencang Heksa entar jatuh loh,mama gak mau kamu nangis,awas!!”
Papa : ”Mama...nyante aja lagi, gimana tu anak bisa jadi pembalap klo mama dikit-dikit ngelarang dikit-dikit ngelarang, khan kasihan anaknya ma...
Mama : ”Huh...Papa sih iya mendukung klo si Heksa jadi pembalap tapi mama gak!! cukup Papa aja yang selalu membuat jantung mama kumat...”
Papa : ”Loh...kok bawa-bawa jantung seh? Gak sekalian bawa usus, paru-paru ama ginjal sekalian he..he...he...
Mama : ” Idih.......”
(sambil mencubit )
”Taunya ngeledek aja neh...
.ha..ha...ha........”

Papa adalah pengusaha yang kaya raya, tidak begitu tampan tapi gagah nampaknya,badannya tegap,kulit sawo matang,rambut agak bergelombang tapi disisir rapi, lesung pipi serta gigi ginsulnya membuat wajahnya semakin menarik, apalagi kalau tersenyum para wanita pasti terpedaya dibuatnya, menurutku Mama adalah wanita yang beruntung bisa menggaet Papa lelaki yang penuh kharisma.

Tapi kok bisa ya Papa kaya? padahal Papa dulunya hanya pemuda desa yang tidak punya apa-apa, masa kecil dihabiskan disawah membantu kakek menggarap tanah milik saudagar kaya yang terkenal bukan main pelitnya.

Katanya sih semua kekayaan itu didapatnya karena hobby mengutak-atik motor bang Dirman menjadi motor balap dan tanpa sengaja dipercaya untuk mengendarainya, semua pemuda kampung sudah pernah dilawannya dan selalu menang! yang empunya motor juga gak pernah komplain karena ongkos reparasi motornya pasti tergantikan, karena Papa menjadi pendulang rupiah untuknya,mulai didesa sampai kekota nama Papa mulai berkumandang, tak ada yang tidak mengenal, Papa ahli benar mengendarai motor, Papa dikenal karena tak takut terjalnya medan yang harus dilalui. Sampai-sampai Papa dijuluki ” Pendengar Angin”
Lucu khan kedengarannya? Dizaman komputer begini masih ada gelar seperti itu, ketika kutanyakan kepada Papa kenapa bisa seperti itu?dengan santainya Papa berkata:
Papa : ” Papa dijuluki pendekar angin karena kalau sudah bawa motor kecepatan Papa menyamai angin,
wuuuuuzzz.....( sambil mengayunkan tangannya).
wujudnya gak kelihatan tapi hanya mampu dirasakan..he.he..he...”

Nampak narsis Papa dibalik wajah polosnya.
Wah ....salut dengar cerita Papa, kayak dizaman kerajaan aja.Tawaku menyeruak yang
Sebenarnya ragu atas kemampuan yang Papa katakan bisa segitu hebatnya.
Mama : ” Papa kok obatnya gak diminum? Ntar sakit loh?”
Papa : ” Lagi nanggung nih ma, jangan ganggu konsentrasi dulu dong, nanti Papa kalah lagi dari Heksa”

Sambil melihat dengan wajah serius kearah Heksa.
Mama : ” Pa....mana yang lebih penting game itu atau minum obat demi kesembuhan papa??
Papa : ” huh....mama ini, papa jadi kalah lagi deh...
Mama mau tau apa jawabanya? Yang terpenting adalah mama selalu ada disamping Papa, kesehatan ama game ini masih nomor kesekian deh pokoknya ha..ha...ha...”
Mama : ” Udah deh Pa, gak siang gak malam gombal teyuuuuz...( senyum tipis tersungging dibibirnya)”

Hari itu telepon berdering seperti biasanya ketika seisi rumah sedang menikmati sarapan pagi untuk memulai aktifitas kerja.

Mama : ” Mbak diah tolong diangkat teleponnya dong, siapa tau ada yang penting, tumben pagi-pagi gini dah ada yang nelpon ..”
( Mama melihat kearah jam tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 06:00 Pagi )

Mbak Diah : ” Baik bu” (sambil berlari kearah dering telepon diruang tengah)
”Bu Maaf , ada telepon dari kepolisian katanya sih berita penting!!!”
Papa : ” Apa sih Mbak?”
Mama : ”Udah Pa gak usah, biar Mama aja yang ngomong, Papa ini khawatiran amat,ingat jantung Papa lagi kurang stabil khan?”
Papa : ” Tapi Ma sepertinya genting sekali?

Mama tidak perduli dan berlalu meninggalkan papa menuju mbak diah yang sedang memegang gagang telepon , dengan tenangnya mama berkata:
Mama : ” Hallo, Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu ?”
Polisi : ”Ya Bu, maaf kami mengganggu, tapi kami ingin memberitahukan kepada ibu dan keluarga berita yang sangat penting!!”
Mama : ” Oh ya?? Apa ya pak jadi penasaran nih?”
Polisi : ” Baik, Ibu dan keluarga mohon bersabar ya, tadi pagi telah terjadi perampokan dipabrik otomotif Bapak, dan yang lebih parahnya lagi Bu perampok telah membunuh security Dirman sekaligus membakar Pabrik Bapak”
Mama : ” Apa??? ( sambil sedikit menahan isak tangis tapi tak mampu melepaskan suara lebih lantang karena seketika teringat jantung Papa yang sedang bermasalah)
” Kapan kejadianya Pak??”
Polisi : ”Tadi subuh Bu, Sekitar setengah lima, kalau bisa kami mohon agar Ibu dan Bapak bisa kelokasi untuk memperlancar penyelidikan kami, agar pelakunya dapat langsung kami tangkap!!”
Mama : ” Ya Pak,kami usahakan, terima kasih atas Informasinya”
Polisi : ” Baik, Selamat pagi Bu”
Mama : ” Selamat Pagi ” (perlahan-lahan diletakkannya gagang telepon, tak tahan air mata menetes dipipi) ”
”Papa aku gak tau harus memulai dari mana, bagaimana caraku memberitahukan padamu, Aku Takut aku akan kehilangan dirimu jika kau tahu semua ini hik..hik..hik...”
Papa : ” Ma...kok lama banget sih ngobrolnya, ada berita apa Ma?
Mama : ” Iya Pa, tunggu sebentar”
secepat kilat menghapus air matanya,berusaha agar Papa tidak melihat kepedihan yang dirasakannya.
Papa : ” Gitu dong, ada apa Ma? Kok raut wajah Mama jadi pucat begini?”
Mama : ” Pa, Mama mau mengabarkan sesuatu tapi Papa Harus janji jangan kaget ya, apalagi kalau pake acara jantung kumat, Gimana bisa nggak?
( Mama berusaha mengajak Papa Kesuasana yang lebih santai supaya tingkat pressurenya tidak begitu berarti)
Papa : ” Apa sih Ma? Kok malah main tebak-tebakan gini? kayak ikut kuis he.he.he....
Mama : ” Ya udah. Papa mau gak? Kalau mau Mama Kasih tau tapi kalau gak yang nanti aja beritanya!”
Papa : ” Ya udah deh Papa Janji gak bakalan bikin mama kaget,and jantung Papa kumat,Gimana? Puas?”

Mama Menarik nafas panjang sambl terus berusaha mencari ide kata apa yang harus dipilih supaya kabar buruk ini terkesan lebih ringan.
Mama : ” Pa, yang Sabar ya, Pabrik otomotif Papa tadi Pagi dirampok, dan Bang Dirman telah mengorbankan nyawanya untuk bertahan,eh...
perampok malah tambah beringas dan membakar pabrik Kita Pa!!”

Mama Berusaha tegar tapi suaranya mulai bergetar, Mata Mama berkaca-kaca, terpancar kepedihan yang amat dalam,dalam sekali.
Papa : ” Apa??!....”

Papa memegang dada dan mulai meringis kesakitan, sambil terus bergumam,
Papa :” Bang Dirman.....Bang Dirman meninggal?”

Terus meringis kesakitan, Badannya mulai ia rebahkan kesandaran meja makan tanpa melepaskan kepalan tangan kanannya didada kirinya.
Mama :” Paaaaapaaa..hik..hik..hik...
(Air mata mama tak terbendung lagi)
”Papa khan sudah janji gak bakalan kaget Pa...”
Mendekap Papa sekali dan dengan segera beralih meraih obat yang sudah berada dimeja makan,
” Minum ini dulu Pa, Biar agak tenang ....

Heksa yang tadinya sedang asyik menguyah makanannya berlari memeluk Papa dan Mamanya sambil menangis tersedu-sedu, lelaki kecil ini seakan mengerti tentang apa yang menimpa orang Tuanya.
Mama Bergegas tersadar dari perasaan duka yang mendalam dan mencoba mengambil sikap.
Mama : ” Mbak.......Mbak Diah...... Panggilkan Dokter Wawan Mbak......sambil berusaha merubah posisi Papa buat lebih nyaman..

Mbak Diah berlari dari dapur dengan tergopoh-gopoh karena mendengar teriakan Mama yang tidak biasanya..
Mbak Diah : ” Ada apa?” lohh...Bapak Kenapa Bu?”
Mama : ” udah Mbak cepat sana panggilkan Dokter wawan, suruh juga Mang Surip kemari buat bantu Ibu angkat Bapak Kekamar,,,Cepat!!!”
Mbak Diah : ” Baik bu...”

Hari telah berlalu, Papa sudah agak baikan, rasa nyeri yang menyerangnya disaat itu tidak dirasakannya lagi, syukur Papa hanya dirawat jalan, walaupun kata Dokter Wawan ,sebaiknya menginap di Rumah sakit, tapi Papa bersikeras dirumah saja, Papa begitu karena tidak mau membuat Mama dan Heksa terlalu khawatir, Dirumah Papa percaya akan cepat sembuh.

Pabrik Papa habis, sahabat Papa semenjak dari Desa Bang Dirman telah tiada, sahabat yag tidak ingin Jabatan yang lebih tinggi karena merasa tidak punya kemampuan selain berkelahi, SD saja tidak tamat. Teringat dibenak Papa ketika bang Dirman Berkata ”Saya gak usah kamu kasih apa-apa karena pasti cepat habisnya, saya pengen kerja aja dikota, walau jadi hansip juga gak papa, biar orang-orang dikampung bilang aku dah sukses dikota, lagian mereka mana tahu aku kerjanya apa?he..he..he....”
Papa gak habis pikir kok bisa ada orang yang begitu berharga dalam perkembangan karirnya tapi tidak pernah menuntut banyak. Dirman...Dirman...kamu memang baik...

Mama : ” Hayo...lagi melamun apa Pa?”
Papa : ” Gak, Papa lagi ingat Bang Dirman Ma”
Mama : ” Ya sudahlah Pa, memang sudah takdirnya seperti itu, mudah mudahan keluarganya diberi kesabaran ”
Papa : ”Oh ya Ma, Gimana? Udah ketemu perampoknya?
Mama udah dihubungi sama Penyidiknya belum?
terus Claim Asuransi kita kapan Cairnya?
Mama : ”Wuih...Papa dah kayak penyidik aja nih, pertanyaannya panjang lagi kayak kereta api...he..he..he..”
Ya dah Mama jawab:
1. Perampoknya belum Ketemu kata penyidiknya masih dalam peneyelidikan.
2. Ada yang sedikit membantu karena sidik Jari pelaku dibeberapa property kita yang tidak sempat terbakar.
3. Soal Claim Asuransi kita hampir Cair Pa, tinggal finishing aja.
” Gimana dah terjawab semua Pak Polisi?”
ha..ha..ha...
Papa : ” Hih..Mama ngeledek aja he..he..he...

Sekarang semuanya lebih berbeda, Papa bisa memancing lagi dikolam samping rumah ditemani heksa anak semata Wayangnya, kondisi Papa benar-benar sudah Pulih.

Tak terasa hari menjelang senja tatkala mentari telah memancarkan jingganya dan mulai bersembunyi dibalik temaram cahaya.

Papa : ” Heksa dah malam nak, ayo masuk ah, nanti Mama marah lagi!”

Papa mengangkat kailnya, dan menegakkan badannnya, semua geraknya diikuti oleh Heksa, bergandengan mereka beranjak masuk kedalam rumah.
Papa : ”Mbak Diah.....Mama mana ya ? kok seharian gak kelihatan?”
Mbak Diah` : ” Oh iya Pak, Diah Lupa sampaikan, Ibu tadi Pamit ngurus Asuransi, tadi ada telpon dari Kantor itu”
Papa : ”Kok Mama gak bilang?”
Mbak Diah : ” Habis Bapak tadi lagi asyik tidur-tiduran digazebo kolam Pak, katanya Ibu gak tega membangunkan”
Papa : ”Emang ada berita apa Mbak?”
Mbak Diah : ”Ibu bilang Asuransi Bapak udah mau dicairkan”
Papa : ”Oh..Ya? Baguslah kalau gitu, he...he.....he.....

Wajah Papa sungguh sumringah, nampak bahagia sekali, pikiran Papa melayang
” Ha..ha...ha....Usahaku akan berkembang, aku akan melunasi utangku lalu akan kubuat anak cabang perusahaan dimana-dimana, uang asuransi itu khan lebih besar daripada harga pabrikku sebelumnya....ha...ha....ha......”
Peri-peri kecil menari-nari disekitar kepala Papa,
Mama : ” Hei Pa!!, ngapain didapur? Nyari mama ya?”
Papa :”Loh? Mama udah pulang ?Papa kok gak lihat?”
Mama : ” Gimana bisa lihat kalau Papa Melamun cengangas,
cengengesan gak jelas gitu?
Papa : ” Gimana Urusannya Ma? Lancar?”
Mama : ” Begitulah, besok Mama akan datang lagi buat pencarian dananya”
Papa : ” baguslah...”

Semalaman Papa tidak bisa terlelap,dipelupuk Matanya selalu terbayang tumpukan Rupiah yang menggunung, dibayangkan aja bahagianya bukan kepalang, apa lagi kalau sudah digenggaman.

Esok Hari, Papa merelakan Mama untuk pergi seorang diri, Papa gak mau berurusan, ”Biar Mama aja”ujarnya.Mama berangkat hari itu hanya ditemani mang Surip.

Papa terus menanti uang setumpuk yang akan dibawa Mama,hingga klakson berbunyi Pas didepan Rumah.
Papa : ” Mama pulang Heksa,
Kita Kaya Nak!”

Heksa mengangguk,seolah paham tentang apa yang dibicarakan Papa”.
Papa : ”Mama...Mama...Pulang”.

Wajah Mama Pucat Pasi, Bibirnya terkatup bisu seakan tak bisa berkata sepatah katapun, matanya kosong memandang Papa.
Papa : ”Mama kenapa?Kok gini?
Ma, Papa udah gak sabar melihat uang kita!!”

Mama hanya berdiri kaku dengan terus memandangi Papa.
Papa : ” Mama Kenapa sih??jangan buat Papa penasaran dong, Papa bisa marah nih!!uangnya Mana Ma??!”

Perlahan Bibir Mama mulai berkata terbata-bata
Mama : ” Pa...kenapa Papa tega melakukan ini semua??
mengapa Pa??hik...hik...hik..

Papa dengan wajah keheranan menatap Mama.
Papa :” Mama ada apa ini? Apa salah Papa?”
Mama : ” Papa gak usah banyak ngomong!!
Jawab pertanyaan Mama!!
mengapa tega melakukan ini semua!!”

Mama menarik kerah baju Papa,wajah Papa hampir-hampir sampai ke wajah Mama.Papa dengan wajah Bingungnya menarik lengan Mama dan berusaha melepaskan genggaman Mama yang semakin menguat.
Papa : ”Mama ngomong apa?Papa gak ngerti!!”
Mama : ”Papa mau Tau....Papa mau tau haa!!!”

Intonasi suara Mama mulai mencapai oktaf yang tertinggi.
Mama : “ Teganya Papa membunuh Bang Dirman!orang yang telah membantu Papa sukses seperti sekarang ini Papa ?hik..hik..hik...”
Papa : “Maksud mama apa? Papa gak ngerti!!”
Mama : ” Udah..Pa!!Cukup sandiwara yang kau mainkan, aku sudah tau semuanya!!”
Gak ada uang Asuransi yang akan Papa dapatlkan,polisi telah mengungkap semuanya, perampoknya sudah ketemu, dan mereka mengaku bahwa yang memerintahkan untuk merampok Pabrik Papa, adalah Papa..Papa...sendiri!!!
Hik..hik...hik..
aku betul-betul gak habis pikir Pa, sekarang claim asuransi tidak mau menanggung kerugian kita, karena semuanya faktor kesengajaan!!,
kesengajaan Papa!!
” Puas.......!!!,
apalagi yang Papa mau sangkal??”

Wajah Papa berubah dengan cepat, yang tadi ceria menjadi pucat pasi seolah menjadi calon mumi yang menunggu waktu pengawetan. Perlahan-lahan ia berjalan gontai dan bersujud pas dihadapan Mama.
Papa : ” Ma....hik..hik..hik....
aku juga gak tau Ma, mengapa aku melakukan semua ini, kita sudah pailit Ma.....Papa bingung....Gak tau harus bagaimana?
Mama : ” tapi Pa,gak mesti seperti itu khan??ingat Pa kalau Cuma harta yang Papa Korbankan Mama mungkin masih memahami tapi ini...ini..Pa...

Sambil mengeluarkan Foto hasil Otopsi dari kepolisian.
Mama : ”Bang Dirman....Pa...Bang Dirman, Papa tau beliau itu tulang punggung keluarganya dikampung!!!
Papa..hik..hik..hik...
Mama Betul-betul kecewa!!”
Papa : ” Papa gak tau ....Papa gak tau kenapa dia bodoh melawan Perampok itu Ma....hik..hik..hik...”

Papa menangis seperti Heksa ketika jatuh dari sepeda.
Mama : ” Ya Tuhan ...Bisanya pikiran Papa licik seperti itu, seharusnya Papa berhutang budi padanya karena mau mengorbankan nyawa untuk mempertahankan usaha Papa ,kini Mama sadar, julukan ”pendekar Angin” yang pertama kali diucapkan bang Dirman untuk Papa memang Pantas, tapi menurut Mama bukan hanya itu ,masih perlu ditambahkan, Papa memang ”Pendekar Angin” tapi ”Pendekar Angin Puting Beliung” yang memporak-porandakan kehidupan orang lain serta membuat hati orang lain menangis!!”
Papa : ” sudaaaaaaaahhhhh.....
cukup Ma...
tiiiiidaaaaaakkkk.....
tidaaaaaaaaakkkkk..
Papa gak mau mendengar Julukan itu lagi!!!
hik...hik...hik...

Papa berlari sambil menutup telinga kearah taman dibelakang rumah!!
Tawanya menyeruak menggetarkan seisi rumah....
Haa....ha....ha....ha.....ha...ha....
seakan dirasuki raksasa rahwana yang ingin memangsa tawanannya.
Mama berusaha mengejar Papa kesana kemari seolah ikut menjadi gasing yang barusan dilempar oleh penciptanya.
Mama : ” Pa...Papa....Papa kenapa?

Mama terus dan terus mengejar Papa.

15 Tahun telah berlalu,

Seorang Pemuda Tampan datang mengendarai Motor Balap dengan kencangnya Memasuki Area Parkir sebuah Gedung Kokoh, semua sisi temboknya dikitari oleh kawat berduri,penjagaannya pun ketat,

” Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk ”

Sebait kalimat tertulis dipapan pengumuman ditepi pos penjagaan itu,
Dengan Gagahnya dia masuk membawa sebungkus Ikan yang sudah dibakar, aromanya menyebar kemana-kemana.
Penjaga : ” Baru datang ya dek?”
Pemuda : ” Iya Bang, masih bisa menjenguk khan Bang?”
Penjaga : ” Bisa..bisa...silahkan!”
Pemuda : ” Terima Kasih”

Berlalu pemuda Tegap itu menuju keruangan disudut gedung, diintipnya seorang wanita separuh baya sedang menyuapi lelaki tua yang terus tersenyum sambil mengeluarkan liurnya,perlahan diketuknya pintu agar bisa segera masuk .
”Tok...tok...tok....”
Wanita tua : ” Iya Masuk...”
Pemuda : ” Ma....”
Wanita Tua : ” Heksa??....kapan tiba nak?”
Pemuda : ” Baru aja, ini Heksa bawa ikan kesukaan Papa, mudah-mudahan Papa tambah lahap makannya”.
Wanita Tua : ” Makasih nak, kamu memang anak yang Baik”

Pemuda itu memberikan bungkusan plastik itu kepada Wanita separuh baya itu, sambil memandang wajah lelaki tua yang terus tersenyum sambil memegang-megang Jaket Balapnya.

Kasihan Mama.....
Kasihan Papa....
Kasihan Aku......


Tamat


Inspired by Roy Marten
Mhimenk January, 18th 2008

7 komentar:

Anonim mengatakan...

1.Komentar ina katanya ceritanya terlalu dibuat-buat gak alami.

2. klo adnan katanya terlalu banyak repetisi kalimat.

tapi alur ceritanya menarik.

Anonim mengatakan...

nah sekarang komentar dari gw...

menurt gw alurnya lumayan oke, tapi agak sedikit ambigu plot, waktu maen sepeda di halaman sama sarapan... itu beda waktunya berapa menit... berarti jam 5 pagi masih gelap gulita dah pada di luar yah.. ga takut masuk angin wakakakaka.... trus kejadian mereka di luar sama perampokan berlangsung di waktu yg sama... konsolidasi sama perampoknya kapan... wekekekee

ok, kisahnya sangat sinetronisme... but thats cool aniwey... mari ki' terus berkarya na.... wekekekekw so' makassar banget sih gw :P

Anonim mengatakan...

blognya bagus ....

yani mengatakan...

Bagussss...teruslah menulis dinda, sory telat komen, lagi sibuk neh...

mhimenk maniest mengatakan...

to ina and adnan :
memang ada repetisi kalimat tapi itu hanya ingin membuat pembaca terhanyut.
To andi :
Thanks komenx bro.
ne bukan sinetron.tapi inspired by real story,but alur cerita emang sengaja kubuat flash back and maju, open plot.so kamu bisa menganalisa sendiri, and coba baca 1 lagi mudah2an maknanya jadi berbeda.
To K hendra:
Thanks short commentnya.

To all of you :
I just want to try feel like Ana Maria roy Marten yang begitu mengagumi sosok suami tetapi ternyata ...." No Body Perfect".so i hope you'll find the advantages.

Anonim mengatakan...

to ina and adnan :
memang ada repetisi kalimat tapi itu hanya ingin membuat pembaca terhanyut.
To andi :
Thanks komenx bro.
ne bukan sinetron.tapi inspired by real story,but alur cerita emang sengaja kubuat flash back and maju, open plot.so kamu bisa menganalisa sendiri, and coba baca 1 lagi mudah2an maknanya jadi berbeda.
To K hendra:
Thanks short commentnya.

To all of you :
I just want to try feel like Ana Maria roy Marten yang begitu mengagumi sosok suami tetapi ternyata ...." No Body Perfect".so i hope you'll find the advantages.

Anonim mengatakan...

to ina and adnan :
memang ada repetisi kalimat tapi itu hanya ingin membuat pembaca terhanyut.
To andi :
Thanks komenx bro.
ne bukan sinetron.tapi inspired by real story,but alur cerita emang sengaja kubuat flash back and maju, open plot.so kamu bisa menganalisa sendiri, and coba baca 1 lagi mudah2an maknanya jadi berbeda.
To K hendra:
Thanks short commentnya.

To all of you :
I just want to try feel like Ana Maria roy Marten yang begitu mengagumi sosok suami tetapi ternyata ...." No Body Perfect".so i hope you'll find the advantages.