Rabu, 09 Januari 2008

"HATIKU TERTUSUK DURI"




“Sebening Matamu Seakan Dalam Mimpi”
“Memori Kau membuka luka lama yang kuingin Lupa”

Lagu itu terus berkumandang di udara,memecah keheningan malam itu
Walaupun lirik lagu yang melo itu keluar dari radio butut peninggalan nenekku tetap aja terasa perih,,,

Sari : “ uhhh….mengapa seh kenangan ini begitu sulit kulupakan!!!”
Keparat….bangsat….setan…!!!

Beruntun kata –kata tak senonoh terlontar dari bibirku dengan gamblangnya,
Tak sengaja kubanting buku novel yang sebenarnya sudah dari tadi berada digenggaman tanganku,melayang terhempas keras kelantai kamarku yang tentu saja gak begitu bersih mengingat kesibukan diriku minggu ini.

Tapi peduli amat dengan bukuku, hayalku kembali kejaman itu dimana beban yang seberat ini belum merasuki jiwaku.
Zaman dimana aku dengan ceria bersenda gurau bersama sahabat karibku, Lea namanya, pergi memancing menangkap ikan yang tidak begitu besar tapi dengan lahapnya kami memakannya seolah-olah tangkapan kami besaaaaarrrr….sekali,

he..he..he….lucu rasanya, tawaku mulai tersungging dibibirku…tapi…….

Kenangan indahku dibuyarkan dengan cahaya hitam serta petir yang menyambar menggelegar memekakkan telingaku ….
Kala sesosok pria renta, menghampiri kami ditepi telaga itu, dengan lantangnya dia berkata:

Sosok Renta : “ Hai anak manis, bahagia sekali kalian nampaknya?wah nikmat pasti rasanya? Adakah bagian untukku nak?”
Lea : “ Aduh kakek bukannya kami sekakar tapi ikannya tidak begitu besar, baru lah kami sekali suap sudah habis dagingnya, sekarang tinggal tulangnya saja.

Dengan polosnya Lea yang manis menunjukkan tulang belulang yang berserakan di Tanah, api kecil masih membara mengeluarkan suara ranting pepohonan yang patah karena terbakar bara api yang menyala.

Wajah sang kakek memerah sama merahnya dengan ranting pepohonan tadi yang membakar ikan kecil kami.

Sosok Renta : “ Apa Maksudmu habis hah??
Rakus benar kalian…Tubuh kalian begitu berisi, putih bersih, pasti kalian sering makan enak Khan?
Tapi mengapa kau tak mau membagi ikan kecil yang manis rasanya itu pada diriku yang lapar dan tak punya siapa-siapa ini? Keparat….bangsat….setan…!!!”

Ya Tuhan jantungku berdegup kencang tak tau apa yang merasuki kakek itu sehingga begitu tersinggungnya mendengar kata-kata Lea yang gak pernah kuragukan kebenarannya sedikitpun

Sari : “ Sabar kek, bukan begitu maksud kami, tapi dagingnya memang dah habis jadi gak ada lagi yang bisa kami bagi , maafkan kami kek.
Lea : “ Iya kek…klo kakek mau menunggu biarlah kami pulang dulu, tidak lama kami akan kembali kakek akan kami bawakan makanan yang lebih enak,gimana?

Suara Lea mulai gemetaran, dapat kurasakan aura ketakutan dari getar suaranya,
Tetapi si kakek renta bukannya iba mendengar kata-kata kami malah dia berlari kearah telaga sambil mengambil kayu yang mengapung dan menghempas-hempaskannya ke air dan terus memaki kami:

Sosok Renta : Keparat….bangsat….setan…!!!
Keparat….bangsat….setan…!!!
Keparat….bangsat….setan…!!!

Kata-kata itu diucapkannya berulang-ulang dengan nada yang semakin meninggi, kami yang bingung memutuskan mengambil langkah seribu, mumpung sang kakek masih berada ditepian telaga,

Sari : “ Lea…ayo lari itu kakek gila kita bisa bahaya
Lea : “ Jangan Sar, justru klo kita lari kita dikirain takut, tungguin aja disini ntar juga baik sendiri,

Kutarik tangan Lea kupaksa dia lari menjauh dari sang kakek yang semakin beringas,kami berhasil- kami berhasil kataku begitu aku menoleh kebelakang perlahan-lahan sosok sikakek semakin mengecil melihat jarak kami yang semakin menjauh,

tertawa terbahak-bahak diriku sambil berlari ….

Betapa jantung mau copot ketika aku menoleh kebelakang ternyata sang kakek sudah menyusul kami dan tetap berteriak terus – menerus:

Sosok Renta : Keparat….bangsat….setan…!!!
Keparat….bangsat….setan…!!!
Keparat….bangsat….setan…!!!

Oh God… ingin kutambah rasanya jumlah kakiku agar bisa berlari seribu meninggalkan sang kakek gila, lamunanku terhenti ketika Lea mengingatkan aku dalam pelarian kami bahwa dia menderita sakit yang telah lama bersarang ditubuhnya:
Lea : “ Sar….( dengan nafas yang terengah-engah)
“ Aku asma Sar….aku gak kuat lagi…….aku berhenti aja……
aku…..aaakuuu…gak biiiiisaaaaa berrnappaaaassss…..
Sari : “ Lea …gak bisa…kita bisa ketangkap ….nanti pasti kita diapa-apain!!

Sambil kutarik terus tangannya, aku gak tega Lea tapi aku harus gimana???, tak terasa air mata menetes disudut mataku yang keletihan berlari,dalam hati kecilku berkata “akupun capek Lea,,,”

Aku gak tau sampai mana kami harus terus berlari.
Si kakek Renta terus berteriak, seolah-olah menanamkan terror didalam jiwa kami, yang sebenarnya wlopun dengan susah payah dilakukannya kami gak akan pernah berhenti berlari.
Melihat itu semua sang kakek pasrah dan menghentikan langkahnya untuk mengejar dua remaja yang tak kenal lelah tuk berlari menyelamatkan diri,
kubusungkan dadaku bangga pada diriku bahwa aku bisa melawan segala bentuk intimidasi yang menimpa kami, sambil mengangkat wajahku kuucapkan :

Sari : “ Lea …kakeknya nyerah mengejar kita….
kita berhasil pren, ha..ha..ha…

Aku tertawa sambil berlari dan kugenggam tangan Lea dengan eratnya,jujur kurasakan kebahagiaan dari denyut nadinya,

Lea : “ Iya Sar Kita Berhasil…..Huk…( seperti orang batuk…..)
Sari : “ Lea kita punya cerita heboh disekolah besok, klo perlu kita masukkan dimading sekolah petualangan kita ini ya….

Tetes demi tetes air mengalir dari lengan Lea, kupikir Lea pasti berkeringat banyak karena kami sudah berlari jauh …jauh…sekali…
tapi Lea manis langsung menarik tanganku dan berhenti berlari , tak kuprotes hal itu karena kupikir kita sudah aman dan juga lea sudah letih amat pastinya,
kupalingkan wajahku ingin kusapa sahabat karibku ,

Ya Tuhan…..betapa kagetnya diriku ketika kudapati ternyata didada Lea yang mungil tertancap kayu yang dipakai kakek renta menghempas-hempaskan air ditelaga itu

Sari : “Lea……kenapa kamu gak bilang klo kamu tertusuk kayu ini Lea..hik…hik…hik…”

Lea duduk terbujur kaku dihadapanku dan mamandangku dengan bangganya tanpa berkedip sedikitpun

Lea : “ Sar kita berhasil…kita berhasil….tapi Sar…sakit…sakit sekali…”
Sari :” Hik…hik…Lea klo kamu bilang aku pasti akan berhenti lari, aku akan balas kakek busuk itu akan kutusuk dia dengan kayu yang lebih besar Lea…..
Lea : “ Kita dah menang Sar…Kita dah menang….”

Perlahan-lahan ditutupnya matanya seolah-olah bayi mungil yang letih dari bermain dan saatnya untuk beristirahat dipangkuan ibunda.

Sari : “ Leeeeeeaaaaaaaaaaaaaaaaa……..jangan tinggalkan aku sendiri besok kita mau menceritakan pertualangan kita ini dimading ….hik..hik..hik….Lea….maafkan aku….

Air mataku terus mengalir mengalahkan keringat kami yang membasahi tubuh karena air mataku telah menetes sampai kehati merobek-robek rasa bahagia kami berdua, rasa bersama ….selamanya.

“Sebening Matamu Seakan Dalam Mimpi”
“Memori Kau membuka luka lama yang kuingin Lupa”


Lirik itu….lagu itu telah membawaku kembali kekenangan itu , kenangan pahit ketika sahabatku tertusuk duri, duri yang bukan hanya melukai Leaku tapi menancapkan lara dihatiku..Lea kamu menang sahabatku.





Makassar, 08 Januari 2008
Mhimenk

3 komentar:

mhimenk maniest mengatakan...

Puspa bilang ceritanya sulit ditebak antara judul dan isinyanya, tapi masih terlalu simple,alias pendek sekali, jadi klimaksnya kurang terasa.

mhimenk maniest mengatakan...

Inna bilang : katanya masih harus diperhalus, dan mana mungkin kakek bisa sekuat itu mengejar,kata intimidasi terlalu hiperbola.akhirnya gimana?tapi alur ceritanya bagus.

yani mengatakan...

Menurutku, ceritanya agak absurd, tapi bagus kok... :)